Entri Populer

Selasa, 05 Juli 2011

Warisan Persahabatan RI-Maroko

Rabu, 29 Juni 2011 03:47 | Oleh : Novrizal |
pewarta-indonesia.com

Sejarah Diplomatik
Pada 18-21 April 1955 terjadi peristiwa sejarah yang mempertemukan bangsa-bangsa Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat. Pertemuan itu dibentuk dengan sebutan Konferensi Asia-Afrika (KAA). Anggota yang terlibat di dalamnya adalah bangsa-bangsa yang telah mencapai puncak kemerdekaan, bahkan memiliki pengalaman yang senasib dan seperjuangan melawan penjajah.

Peristiwa tersebut menimbulkan perhatian Republik Indonesia (RI) sebagai salah satu pelopor KAA semakin meningkat. Indonesia menyadari pentingnya menggelar KAA, agar seluruh negara di dunia mengakui kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, serta menghormati kemerdekaan dan kedaulatan sebuah bangsa yang merdeka. Selain itu, KAA bertujuan untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika; mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili, serta mempertimbangkan mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme.

Setelah beberapa tahun KAA berlalu, Maroko yang merupakan negara yang ada di Afrika baru saja merdeka oleh kolonial Perancis pada 1956. Hal itu membawa perhatian RI kepada negara yang baru saja merdeka itu. Pada 2 Mei 1960, Presiden RI berkunjung ke Maroko. Presiden RI, yaitu Soekarno adalah presiden yang pertamakali mengunjungi negara yang dijuluki negeri "matahari terbenam" atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Maghribiyah. Kedatangannya ke Rabat, Maroko, disambut hangat oleh Raja Muhammad V. Sebab, para pemimpin bangsa yang ada di Asia-Afrika menganggap Presiden Soekarno sebagai pemimpin revolusi dunia karena dapat memberikan semangat kemerdekaan. Sejak saat itu, dimulailah hubungan diplomatik antara RI dan Maroko.

Kerjasama Bilateral
Hubungan persahabatan RI-Maroko, telah menciptakan kerjasama bilateral dalam berbagai bidang. Hal itu telah disepakati oleh kedua negara tersebut hingga saat ini. Kerjasama tersebut meliputi: politik, perdagangan, pertanian, investasi, keluarga berencana, pariwisata, penerbangan, konsultasi bilateral, komisi bersama, penghindaran pajak berganda, dan pertukaran informasi konstitusi. Penandatangan persetujuan kerjasama tersebut silih berganti dilakukan di Ibukota kedua negara masing-masing. Sebab, kedua negara juga membutuhkan informasi untuk saling mengisi dan melengkapi.

Selain itu, RI dan Maroko juga terlibat dalam beberapa kegiatan, yaitu perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), tata pemerintahan, pluralisme, pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan, dan perencanaan kebijakan luar negeri. Dan, ada juga pertukaran akademik antara Universitas di RI dan Maroko, karena pendidikan adalah sebuah elemen penting di dalam hubungan bilateral sejak 1960-an. Nilai-nilai kebersamaan kedua negara terus diperkuat lagi melalui pertukaran seni budaya dan diplomasi publik lainnya.

Tantangan
Di Indonesia ada bayang-bayang gerakan separatis yang menginginkan RI terpecah-belah dengan memerdekakan wilayahnya. Di samping itu, banyak teror yang ingin mengacaukan stabilitas negara RI, seperti pelaku pemboman, oleh oknum yang mengaku beragam Islam dengan berbagai modus baru. Hal itu dapat memicu merubah pandangan masyarakat dunia menjadi Islamphobia, meski Islam sesungguhnya adalah agama damai.

Hal yang sama juga terjadi pada Maroko. Yaitu, serangan bom juga pernah mengejutkan pemerintahan Maroko. Namun, aksi teror bisa saja dilakukan oleh pihak separatis yang menginginkan kekacauan stabilitas negara. Ataupun serangan bom tersebut merupakan aksi bom bunuh diri. Sebagai negara Monarki di Afrika Utara, Maroko juga memantau kerusuhan di Mesir, Tunisia, Aljazair, dan Libya. Sebab, kerusuhan serta pemberontakan yang terjadi di kawasan yang sama dapat memengaruhi Maroko. Namun, banyak aksi perlawanan rakyat terhadap pemerintahannya telah mengakhiri kekuasaan para pemimpinnya. Hal itu merupakan tantangan utama kedua negara dalam menjaga keutuhan dan keamanan negaranya.

Peranan
RI memiliki peran politik luar negeri bebas dan aktif. Maksud dari bebas adalah Indonesia tidak memihak salah satu negara blok timur maupun barat. Indonesia termasuk kelompok gerakan nonblok di mana setiap negara tidak ikut campur dalam upaya mendukung setiap peperangan yang tengah terjadi antara blok barat dan blok timur. Sedangkan aktif adalah Indonesia selalu aktif dalam mendukung hal-hal yang positif yang meliputi seluruh kegiatan PBB atau organisasi dunia.

Sementara, Maroko memiliki peran dalam menjembatani perbedaan antara dunia timur dan barat. Sebab, Maroko juga memiliki sejarah panjang dan warisan budaya dari dua dunia yang terdapat di dalamnya. Warisan itulah yang menjadi pondasi utama Maroko untuk berperan dalam mengambil sikap yang bijaksana dalam mewujudkan perdamaian di dunia. Kondisi seperti itulah yang kerap menawarkan pandangan hubungan antaragama, budaya, serta keragaman yang dimiliknya membuat dua dunia tersambung.

Di samping itu, RI dan Maroko merupakan mitra yang berperan dalam organisasi multilateral, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Gerakan Non Blok (GNB), Organisasi Konferensi Islam (OKI), Kelompok-77, dan Komite saat ini. RI dan Maroko juga bersama-sama duduk di dewan Hak Asasi Manusia (HAM). Keanggotaan bersama tersebut merupakan bukti komitmen oleh kedua negara. Dan, bukti tersebut akan membawa pengaruh terhadap bangsa lain untuk mencontoh kerjasama yang harmonis dalam jangka panjang.

Jadi, perkenalan RI dan Maroko dalam pertemuan KAA telah menciptakan hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut. Hubungan kerjasama RI dan Maroko sangat berpengaruh dalam mendukung kesejahteraan, keamanan, pluralisme, Hak Asasi Manusia (HAM), dan juga perdamaian dunia untuk menciptakan stabilitas tatanan negara-negara di dunia. Persahabatan kedua negara tersebut akan terus dijalin, bukan hanya sekedar memiliki agama yang sama, tetapi juga memperjuangkan citra Islam di mata dunia dan menolak Islamphobia, serta berusaha menginginkan sebuah kepercayaan Islam yang moderat, bukan fundamentalis atau ekstrimis. Hubungan seperti itulah seharusnya yang memberi pengaruh baik terhadap negara-negara yang sedang bertikai, bukan kekerasan, kerusuhan, serta peperangan yang memberikan dampak buruk.

Link: http://www.pewarta-indonesia.com/kolom-pewarta/indonesia-maroko/5797-warisan-persahabatan-ri-maroko-141m.html

Referensi:
http://www.bandungheritage.org/index.php?option=com_content&task=view&id=32&Itemid=2
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id
http://www.deplu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/maroko.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar