Entri Populer

Jumat, 15 Juli 2011

Mau Hemat dan Handal?

Oleh: Novrizal




Banyak perusahaan jasa telekomunikasi menawarkan pelayanan yang baik tanpa menghiraukan kualitas pelayanannya itu sendiri. Di Indonesia, berbagai perusahaan jasa telekomunikasi sering melakukan ketidakkonsistenan dalam pelayanannya, sehingga konsumennya merasa tidak nyaman dengan pelayanan jasa yang diberikan. Serta penggunaannya selalu dibebani dengan tagihan operasional perbulannya.

Sementara, banyak perusahaan perkantoran yang memerlukan jasa telekomunikasi demi memfasilkitasi kinerja karyawan, yaitu perangkat saluran komunikasi yang efesien untuk menjalankan roda perusahaan. Dalam kasus tersebut, seharusnya perusahaan dituntut untuk memiliki saluran komunikasi yang efektif tanpa merugikan waktu dan biaya, seperti perusahaan yang sudah memiliki atau belum menggunakan PABX (Private Automatic Branch eXchange), yaitu perangkat penyambungan komunikasi telepon yang terletak di sisi pelanggan. perusahaan/individu yang ingin melakukan efisiensi biaya telepon tanpa mengurangi kualitasnya. perusahaan/individu yang mengalami kesulitan mendapatkan saluran telepon tambahan atau ingin mempergunakan wireless phone system. Perusahaan/individu yang tidak ingin membeli PABX baru atau ingin meng-upgrade kekurangan PABX yang dipakai saat ini atau ingin mencobanya dengan sistem sewa PABX. Adapun berbagai jasa telekomunikasi ada beberapa yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Billing System PABX
Billing system PABX adalah perangkat tambahan berupa softwer dan hardware yang dijalankan pada komputer yang terkoneksi dengan sistem PABX (sentral telepon) yang fungsinya menghitung biaya pemakaian telepon per extension dalam kurun waktu tertentu. Billing system PABX ini diciptakan untuk memantau pemakaian telepon sebuah perusahaan/hotel secara realtime. Telephone billing system dapat membantu kantor-kantor dalam mengawasi pemakaian telepon secara berlebihan dari individu-individu yang tidak terkontrol dan bukan untuk keperluan dan kebutuhan kantor. Sehingga dengan telephone billing system kantor dapat mengontrol pemakaian telepon secara periodik dan sistematis.

PABX System
Mini PABX adalah alat untuk membuat percabangan beberapa extention dalam 1 atau lebih line telepon, dimana setiap extention dapat saling berkomunikasi dan juga setiap extention dapat di-set sesuai dengan kebutuhan, seperti call restriction, blokir, membatasi waktu bicara,dll. Alat ini juga sudah dilengkapi dengan DISA (Direct Inward System Acses) Dan OGM / Operator Otomatis. Cocok untuk digunakan di rumah tempat tinggal, tempat kontrakan, toko atau perkantoran kecil. Alat ini terdiri dari beberapa tipe, dengan kapasitas 8 16, dan 32 extention.

eFax
eFax adalah Internet fax atau layanan email fax. Internet fax sederhana untuk melaksanakan atau setup, mudah digunakan, dan biaya dapat sangat efektif untuk pemilik usaha kecil. Tidak ada saluran telepon kedua, tidak ada mesin fax besar, tidak ada tinta lebih berantakan, ada lagi kemacetan kertas atau sinyal sibuk dan perjalanan kembali ke kantor tidak lebih pukul 10 malam untuk mengambil.

CDMA PABX
Produk ini diciptakan sebagai solusi bagi perkantoran/perumahan yang tidak ada jaringan telepon ataupun yang masih mengontrak gedung/rumah untuk menjalankan usahanya dan tempat tinggal. Adapun features dari PABX CDMA ini adalah sebagai berikut :
- Kapasitas : 2 line CDMA (Flexi/StarOne/Esia), 5 extentions. Menggunakan Interface RJ-11 (kabel telepon)
- Data (Internet, PC Fax) menggunakan RS-232 interface
- Internal Battery backup Standby / talktime 20/2 hrs
- Dimensi 35mm(H) 150mm(W) 215mm(L)
- Fasilitas Fax analog G3
- Speed Dialing (last number redial/memory dial)
- 3 ways calling, call conference, call waiting, call transfer
- Caller ID support
- Personal Voice Mailbox (VMS)
- DC Power input jack for external adapter (DC 12V)P

PABX Second
PABX Second merupakan layanan tukar tambah PABX yang dimiliki oleh perusahaan untuk ditukar dengan yang baru, Bagi perusahaan yang kesulitan dengan perangkat sistem PABX yang sudah tidak sesuai dengan spesifikasi kebutuhan kantor, karena extention yang tidak memadai atau fitur yang tidak mendukung untuk mengatur sistem penggunaannya.

Untuk itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan terbaik tanpa dibebani oleh biaya operasional telekomunikasi. Maka, hadirlah ARTATEL yang menyediakan fasilitas PABX dengan berbagai kapasitas semua pilihan. ARTATEL, yaitu sebuah perusahaan jasa telekomunikasi yang handal dalam mengatasi berbagai keluhan yang berkaitan dengan operasional telekomunikasi. Sampai saat ini, telah banyak perusahaan baik berskala nasional maupun internasional yang menggunakan jasa ARTATEL. Ternyata, berbagai perusahaan tersebut merasa nyaman dengan kualitas pelayanan yang telah diberikan. Oleh karena itu, jika perusahaan mau hemat dan handal dalam bertelekomunikasi, maka ARTATEL, solusi komunikasi hemat dan handal!

Sumber:
http://www.hotfrog.co.id/Companies/Directcom_23415212/Billing-System-Telephone-PABX-61371

http://www.megatron.biz/pabx.htm

http://www.articles-star.com/articles/business/small-business/are-any-free-efax-services-really-free-282913.htm?to_lang=id

http://www.mail-archive.com/relasimania@yahoogroups.com/msg00290.html

Selasa, 12 Juli 2011

Plagiator Is Not A “Gladiator”

By: Novrizal


A creation is expensive, moreover invaluable of price for the creator. Anything of type, of course a creation was resulted by penetration and discovery, then imagine based from wealth of intellectual. We proud to see people who produce results a creation because of persistence. Really not lovely, if the most person recognize result a creation it whereas he plagiarize from people’s creation. Plagiator, that was predicate special people who steal people’s creation. The person like that just would like thieve but won’t produce results self creation. How poignant and fed up someone is, if his creation was misused or plagiarized. Plagiator is coward characteristic which not creative. This era, we should be a “gladiator”. As a “gladiator” this era is more sophisticated and gigantic, that is not a show of fighter with a sword, a archery, and a horse which struggle to survive of life, but a “fighting” with ideas, thinking, and a creation for defend of culture existence.

Many of case, which a creation has manipulated and polished as well as, till that subject was point out as if like his result. And also, one action of criticize, blasphemy, and judge of creation, but actually they would not well to make same creation. That was a nature process, which one of quality there is good and there is no good. The process is not here, but in how far that can implementation and appreciated it. Therefore, usual when a creation reputed still legume, but oneday to be a big creation, because that process to make people to be a “gladiator”.

Creation War
Actually that subject was a good lecture, but there was not false to try like that. “Creation war”, there has been from long ago, but this “creation war” more focus in positive, at the moment spring up personages who compete gave of influence and contribution to world culture with their creations, they are Ibnu Rusyid in spanish was called Averrose, with his creation in mathematics, philosophy, astronomy, and medical. Ibnu Syina in western was called Avisciena, in medical science. Ar-Razi or Razhes in western’s call, in psychological science. Al-Khowarizmi, he is a father of Aljabar, because of him we know Aljabar and also who found the zero number, then he was known with name Alghorizm which always use in mathematics science, till right now we say Algoritma, and still many other. Their influence gave to progress in the world, and then their names was eternaled long of histories.

Special in this country, we have personages revolutioner and also religious, they are Tuanku Imam Bonjol, Prince Diponegoro, K.H. Ahmad Dahlan, Syaikh Hasyim Asy’ari, Buya HAMKA, and still many other since colonialism era. They are example in cogitation and have imagine to make big creation till the end their names adorn of histories.

Possible for new generation to do work as reality from an imagination, inspiration, and cogitation to existency, but not the way to take people’s creation with published and exploitation it. Many kind of plagiators in thieve creation result, such as writing, scientific creation, poems, lyrics, painting, moreover till comercialization level.

Therefore, “creation war” was built in order that peoples more creative, not creative to steal people’s creation, but creative to “steal” self idea, imagine, intelectuality in mind to make a new creation as original. For that, let’s do work for anything in order that more quality in the future. Therefore, be a “gladiator” in this era! Lazyness, coward, and not creative is plagiator’s call, because plagiator is not a “gladiator” actually.

Minggu, 10 Juli 2011

Peranan TIK Dalam Pendidikan Di Indonesia

Jumat, 08 Juli 2011 18:32 | Oleh : Novrizal |
http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pendidikan/6288-peranan-tik-dalam-pendidikan-di-indonesia.html



Jauh sebelum era milenium, pendidikan di Indonesia masih tergolong menggunakan fasilitas manual. Dalam arti kata, kapur menjadi andalan para guru untuk mengajar, serta para murid mencatat apa yang didiktekan guru. Oleh karena itu, terdapat beberapa dampak resiko karena pengaruh limbah kapur yang berterbangan menyesakkan para guru dan murid saat menulis maupun menghapusnya dari papan tulis. Terlebih lagi para murid, mereka pun menjadi malas dan tidak konsentrasi dalam menyerap informasi dari guru karena terlalu banyak mencatat.

Setelah memasuki era milenium, mulailah menyebar fasilitas yang lebih praktis, yaitu spidol yang dapat dihapus ketika ditulis di white board, sehingga para guru dan murid lebih nyaman menggunakannya daripada kapur. Namun, kemajuan teknologi menuntut sistem fasilitas pendidikan terus berkembang ke arah yang lebih canggih. Yaitu, dikenal dengan istilah TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) sebagai fasilitas dalam pendidikan terkini.

Di Indonesia, fasilitas TIK tersebut sebenarnya telah diterapkan oleh sebagian sekolah-sekolah ataupun perguruan tinggi tertentu saja (tidak merata). Untuk itu, perlu adanya perencanaan oleh pemerintah Indonesia dalam membangun fasilitas TIK dengan tujuan memajukan sistem pendidikan. Keunggulan dalam menggunakan fasilitas ini tidak terkendala oleh waktu dan tempat. Sebab, dengan munculnya perangkat baru, seperti e-education, yang meliputi e-learning, e-book, e-library, OHP (Over Head Projector), dan Video conference melalui internet dapat memudahkan interaksi antara guru dan murid dalam belajar-mengajar. Selanjutnya, para guru juga harus dituntut menguasai sistem teknologi tersebut, seperti komputer dan internet agar dapat memberikan materi-materi praktis. Adapun fasilitas TIK tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

E-Learning
Working paper SEAMOLEC mendefinisi e-learning lebih luas, yakni, pembelajaran melalui jasa elektronik. Bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi dalam pembelajaran. Fasilitas e-learning ini disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). Fasilitas ini dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, dan peserta didik). Pertemuan dan kontak komunikasi pihak yang terlibat dapat diwakili oleh e-mail, chatting, atau melalui video coference. Dan, ada juga disediakan mailing list khusus yang berfungsi sebagai forum diskusi.

E-Book
Penggunaan media komputer dan internet yang tergolong perangkat elektronik memudahkan sistem pengajaran jauh lebih canggih. Seperti e-book (buku elektronik), merupakan salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun flasdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 16 GB).

OHP (Over Head Projector)
Awalnya, OHP digunakan untuk melihat kumpulan foto dan gambar bergerak. Saat ini, OHP merupakan media yang dapat mempresentasekan materi secara visualisasi yang efektif sehingga si pemberi materi pelajaran juga dapat menjelaskan lebih detail. OHP saat ini mulai digunakan dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan ini, peserta didik lebih aktif dalam menerima informasi dan komunikasi yang bersifat edukasi. Di sini tidak hanya para guru yang berperan dalam memberikan materi, tetapi juga para peserta didik dapat berperan dalam mengembangkan bakat sebagai penyaji informasi dan komunikasi yang efektif kepada audiens atau orang yang mendengarkannya.

Video conference Melalui Internet.
Terkadang video conference digunakan dalam penyajian pidato kepresidenan, ceramah umum, dan lainnya. Dengan kenyataan seperti itu, maka video conference dapat diformulasikan serta digunakan dalam sistem pendidikan formal atau nonformal melalui internet. Di samping itu, para siswa dapat berinteraksi dan mendapat lebih banyak pengetahuan serta dapat mengetahui pertanyaan apa yang telah di lontarkan dan didiskusikan bersama. Dengan begitu, pemahaman dan wawasan peserta didik lebih berkembang dan terbuka dalam menyerap informasi dalam komunikasi yang berbeda waktu dan tempat.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipastikan peranan TIK dalam pendidikan sangat berarti dalam menumbuhkembangkan SDM (Sumber Daya Manusia) agar lebih kreatif dan inovatif. Di sisi lain, peranan TIK merupakan pembangkit semangat bangsa untuk menjadi inovator baru dalam berkarya. Jika sistem fasilitas multimedia seperti ini diutamakan dan dilaksanakan secara merata ke seluruh jenjang pendidikan di Indonesia, maka akan menciptakan tingkat kompetitif bangsa terhadap kompetisi global akan semakin tinggi, sehingga memungkinkan bangsa ini menjadi negara maju dari segi penerapan teknologi. Sebab, bangsa ini telah mengenal dan akrab dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi sejak dini secara nyata dalam pendidikannya.


Sumber:
http://www.ernipurwanti.files.wordpress.com/2010/04/tugas-sitkom.doc
http://www.studentmagz.com/2011/06/kemajuan-teknologi-dalam-bidang.html
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=23&dir=1&idStatus=0

Sabtu, 09 Juli 2011

Teror lewat "Facebook"

Oleh: Novrizal

Hampir setiap hari aku pergi ke warnet (Warung internet) yang lumayan jauh dari rumah. Awalnya, aku coba membuat akun Fb (Facebook) sendiri. Setelah jadi, saat itulah, aku punya Fb untuk pertamakali. Pada hal, sebelumnya, aku hanya ikut-ikutan lihat Fb dan chatting-an teman-teman di warnet. Hal itu yang membuatku hampir setiap hari pergi ke warnet untuk membuat akun Fb juga. Dengan akun Fb itu, aku menjaga citra dalam pertemanan di dunia maya. Setelah berbulan-bulan, aku merasa nyaman menuangkan pikiran dengan menulis note di Fb sendiri dan men-tag teman-teman.

***

Selama dua minggu nggak buka Fb, aku pergi ke warnet untuk menyimpan tulisanku di note. “Sial! Kenapa ni?” Gerutuku, saat melihat Fb-ku yang statusnya semua berisi kata-kata kotor. Aku lihat komentar para teman yang terkesan marah dan kecewa dengan status-status itu. Aku berpikir dan mengira-ngira siapa dalangnya. Pada hal, aku nggak pernah nulis status itu. Lalu, aku hapus semua status itu. Aku malu sama orang-orang yang kukenal. Bukan hanya teman-teman biasa, tapi juga saudaraku, mantan guru, para dosen, dan teman-teman dekatku. Aku nggak terima!

***

Beberapa hari berikutnya, aku ceritakan sama teman kampus; dia bilang, Fb-ku di-hack. Dia menyarankan agar segera mengganti password-nya. Aku merasa, setelah menggantinya, akunku aman, ternyata nggak. Terus-terusan, aku mengganti password-nya. Untuk kesekian kalinya Fb-ku di-Hack. “Oh, nggak iya ni.” Pikirku. Sudah saatnya, aku tulis status yang isinya pernyataan dan klarifikasi, bahwa Fb-ku selama ini di-hack orang. Aku menyangka hack hanya sebatas itu. Jadi, setiap ke warnet aku selalu mengganti password-nya. Dan, akhirnya, aku menutup akun Fb untuk sementara waktu.

***

Seminggu kemudian, aku membuka dan melihat Fb-ku kembali. Ternyata…?
Alaah! Apalagi ni?” Aku kesal dan sangat marah. Bukannya statusku lagi yang di main-mainkan, tapi password-nya telah diganti. Aku nggak bisa masuk ke akun Fb-ku lagi. Berbagai cara kulakukan untuk mengotak-atik supaya Fb-ku bisa balik. Ternyata oh ternyata, aku nggak bisa, lalu, aku nyerah. Akhirnya, aku minta tolong sama operator warnet.

“Oh, ini kecil lah. HmmHacker-nya masih anak bawang ni.” Kata operator itu. Bah! Aku terkejut dia bilang gitu. Lalu, dia ngajari aku cara mengembalikan password Fb yang di-hack itu. Setelah tau, aku nggak khawatir lagi. Ternyata, beginilah resiko kalau sudah menjadi masyarakat dunia maya. Secara sadar aku bertanya-tanya, apalagi yang akan dilakukan hacker sialan itu.

***

Keesokan harinya, aku ke warnet. Setelah membuka Fb-ku, tiba-tiba, ada kiriman dari orang yang tak kukenal dengan kata-kata kotor dan nada mengancam lewat inbox.

Bah! Setan lah?” Kemarahanku memuncak sambil menepuk-nepuk kening dan menggeleng-gelengkan kepala.

Selasa, 05 Juli 2011

Jambore Nasional, Pemimpin Berkarakter

Selasa, 05 Juli 2011 00:11 | Oleh : Novrizal |
pewarta-indonesia.com

“Tepuk Pramuka! Pra… Mu… Ka… Praja Muda Karana!”
Siapa yang tidak kenal dengan yel-yel tersebut. Praja Muda Karana merupakan kepanjangan dari kata Pramuka, berarti rakyat muda yang senang bekerja dan berkarya. Gerakan Pramuka yang identik dengan para remaja dan pemuda ini, berkaitan erat dengan kegiatan tantangan dan petualangan, serta berbagai pelajaran ketrampilan khusus. Hal itu dibuktikan dengan antusias peserta Pramuka Penggalang, pada Jambore Nasional yang sedang berlangsung tahun ini. Seluruh peserta kontingen (kabupaten/kota), Kwarcab (Kawartir cabang) se-Indonesia saat ini berada di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yaitu tempat dilaksanakannya Jambore Nasional yang ke-9.
Kegiatan yang diresmikan oleh Presiden SBY, cukup memberikan semangat kepada seluruh peserta. Kegiatan lima tahun sekali ini, merupakan rekreasi pendidikan di alam terbuka dalam bentuk perkemahan besar sebagai sarana pembinaan untuk pengembangan diri peserta yang terdiri dari bidang mental, fisik, intelektual, spiritual, dan sosial. Di sinilah para peserta diuji dan dilatih untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas di masa depan.
Gerakan Pramuka adalah aktifitas untuk menumbuhkembangkan bibit-bibit bermutu yang mengarah pada kehidupan yang positif dan bermanfaat, baik untuk setiap individu maupun orang banyak. Begitu juga dengan visinya, yaitu sebagai wadah pilihan utama dan solusi handal dalam masalah-masalah kaum muda, khususnya di negeri ini. Oleh karena itu, gerakan Pramuka pada Jambore Nasional sangat tepat dikatakan sebagai wadah pencetak pemimpin bangsa yang berkarakter, demi masa depan bangsa yang lebih cerah, dan menuju Indonesia gemilang. Selamat memperingati Tahun Emas “50 Tahun Gerakan Pramuka”!


Link: http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pendidikan/6261-jambore-nasional-pemimpin- berkarakter.html

Warisan Persahabatan RI-Maroko

Rabu, 29 Juni 2011 03:47 | Oleh : Novrizal |
pewarta-indonesia.com

Sejarah Diplomatik
Pada 18-21 April 1955 terjadi peristiwa sejarah yang mempertemukan bangsa-bangsa Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat. Pertemuan itu dibentuk dengan sebutan Konferensi Asia-Afrika (KAA). Anggota yang terlibat di dalamnya adalah bangsa-bangsa yang telah mencapai puncak kemerdekaan, bahkan memiliki pengalaman yang senasib dan seperjuangan melawan penjajah.

Peristiwa tersebut menimbulkan perhatian Republik Indonesia (RI) sebagai salah satu pelopor KAA semakin meningkat. Indonesia menyadari pentingnya menggelar KAA, agar seluruh negara di dunia mengakui kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, serta menghormati kemerdekaan dan kedaulatan sebuah bangsa yang merdeka. Selain itu, KAA bertujuan untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika; mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili, serta mempertimbangkan mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme.

Setelah beberapa tahun KAA berlalu, Maroko yang merupakan negara yang ada di Afrika baru saja merdeka oleh kolonial Perancis pada 1956. Hal itu membawa perhatian RI kepada negara yang baru saja merdeka itu. Pada 2 Mei 1960, Presiden RI berkunjung ke Maroko. Presiden RI, yaitu Soekarno adalah presiden yang pertamakali mengunjungi negara yang dijuluki negeri "matahari terbenam" atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Maghribiyah. Kedatangannya ke Rabat, Maroko, disambut hangat oleh Raja Muhammad V. Sebab, para pemimpin bangsa yang ada di Asia-Afrika menganggap Presiden Soekarno sebagai pemimpin revolusi dunia karena dapat memberikan semangat kemerdekaan. Sejak saat itu, dimulailah hubungan diplomatik antara RI dan Maroko.

Kerjasama Bilateral
Hubungan persahabatan RI-Maroko, telah menciptakan kerjasama bilateral dalam berbagai bidang. Hal itu telah disepakati oleh kedua negara tersebut hingga saat ini. Kerjasama tersebut meliputi: politik, perdagangan, pertanian, investasi, keluarga berencana, pariwisata, penerbangan, konsultasi bilateral, komisi bersama, penghindaran pajak berganda, dan pertukaran informasi konstitusi. Penandatangan persetujuan kerjasama tersebut silih berganti dilakukan di Ibukota kedua negara masing-masing. Sebab, kedua negara juga membutuhkan informasi untuk saling mengisi dan melengkapi.

Selain itu, RI dan Maroko juga terlibat dalam beberapa kegiatan, yaitu perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), tata pemerintahan, pluralisme, pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan, dan perencanaan kebijakan luar negeri. Dan, ada juga pertukaran akademik antara Universitas di RI dan Maroko, karena pendidikan adalah sebuah elemen penting di dalam hubungan bilateral sejak 1960-an. Nilai-nilai kebersamaan kedua negara terus diperkuat lagi melalui pertukaran seni budaya dan diplomasi publik lainnya.

Tantangan
Di Indonesia ada bayang-bayang gerakan separatis yang menginginkan RI terpecah-belah dengan memerdekakan wilayahnya. Di samping itu, banyak teror yang ingin mengacaukan stabilitas negara RI, seperti pelaku pemboman, oleh oknum yang mengaku beragam Islam dengan berbagai modus baru. Hal itu dapat memicu merubah pandangan masyarakat dunia menjadi Islamphobia, meski Islam sesungguhnya adalah agama damai.

Hal yang sama juga terjadi pada Maroko. Yaitu, serangan bom juga pernah mengejutkan pemerintahan Maroko. Namun, aksi teror bisa saja dilakukan oleh pihak separatis yang menginginkan kekacauan stabilitas negara. Ataupun serangan bom tersebut merupakan aksi bom bunuh diri. Sebagai negara Monarki di Afrika Utara, Maroko juga memantau kerusuhan di Mesir, Tunisia, Aljazair, dan Libya. Sebab, kerusuhan serta pemberontakan yang terjadi di kawasan yang sama dapat memengaruhi Maroko. Namun, banyak aksi perlawanan rakyat terhadap pemerintahannya telah mengakhiri kekuasaan para pemimpinnya. Hal itu merupakan tantangan utama kedua negara dalam menjaga keutuhan dan keamanan negaranya.

Peranan
RI memiliki peran politik luar negeri bebas dan aktif. Maksud dari bebas adalah Indonesia tidak memihak salah satu negara blok timur maupun barat. Indonesia termasuk kelompok gerakan nonblok di mana setiap negara tidak ikut campur dalam upaya mendukung setiap peperangan yang tengah terjadi antara blok barat dan blok timur. Sedangkan aktif adalah Indonesia selalu aktif dalam mendukung hal-hal yang positif yang meliputi seluruh kegiatan PBB atau organisasi dunia.

Sementara, Maroko memiliki peran dalam menjembatani perbedaan antara dunia timur dan barat. Sebab, Maroko juga memiliki sejarah panjang dan warisan budaya dari dua dunia yang terdapat di dalamnya. Warisan itulah yang menjadi pondasi utama Maroko untuk berperan dalam mengambil sikap yang bijaksana dalam mewujudkan perdamaian di dunia. Kondisi seperti itulah yang kerap menawarkan pandangan hubungan antaragama, budaya, serta keragaman yang dimiliknya membuat dua dunia tersambung.

Di samping itu, RI dan Maroko merupakan mitra yang berperan dalam organisasi multilateral, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Gerakan Non Blok (GNB), Organisasi Konferensi Islam (OKI), Kelompok-77, dan Komite saat ini. RI dan Maroko juga bersama-sama duduk di dewan Hak Asasi Manusia (HAM). Keanggotaan bersama tersebut merupakan bukti komitmen oleh kedua negara. Dan, bukti tersebut akan membawa pengaruh terhadap bangsa lain untuk mencontoh kerjasama yang harmonis dalam jangka panjang.

Jadi, perkenalan RI dan Maroko dalam pertemuan KAA telah menciptakan hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut. Hubungan kerjasama RI dan Maroko sangat berpengaruh dalam mendukung kesejahteraan, keamanan, pluralisme, Hak Asasi Manusia (HAM), dan juga perdamaian dunia untuk menciptakan stabilitas tatanan negara-negara di dunia. Persahabatan kedua negara tersebut akan terus dijalin, bukan hanya sekedar memiliki agama yang sama, tetapi juga memperjuangkan citra Islam di mata dunia dan menolak Islamphobia, serta berusaha menginginkan sebuah kepercayaan Islam yang moderat, bukan fundamentalis atau ekstrimis. Hubungan seperti itulah seharusnya yang memberi pengaruh baik terhadap negara-negara yang sedang bertikai, bukan kekerasan, kerusuhan, serta peperangan yang memberikan dampak buruk.

Link: http://www.pewarta-indonesia.com/kolom-pewarta/indonesia-maroko/5797-warisan-persahabatan-ri-maroko-141m.html

Referensi:
http://www.bandungheritage.org/index.php?option=com_content&task=view&id=32&Itemid=2
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=id
http://www.deplu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/maroko.htm

Jumat, 01 Juli 2011

SMPN 1 Medan, Pramuka Menuju Prestasi

Pewarta-Indonesia.com, 01/07/2011 | Novrizal

Tiga puluh empat siswa-siswi SMPN 1 Medan yang mewakili Kwarcab Gunung Sitoli, mengikuti Jambore Nasional (Jamnas). Jamnas yang ke-9 ini diadakan di Palembang, Sumatera Selatan dan akan diresmikan oleh Presiden SBY pada 2 Juli mendatang. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh kontingen (kabupaten/kota) se-Indonesia. Selama mengikuti Jamnas, peserta didampingi oleh 5 orang Pembina di antaranya: Lelawani Lubis, Bangun L. Keliat, Aprilda Tanjung, Fitri, dan Nazaruddin Ginting.

“Seperti biasa, ada bermacam kegiatan dalam Jamnas ini. Yaitu, LKBB (Latihan Ketrampilan Baris Berbaris), tali-temali, kepeloporan (pioneering), penjelajahan, wisata, pengenalan alam, out bond, dan kegiatan kepanduan lainnya. Kegiatan ini akan berlangsung selama 9 hari setelah diresmikan oleh presiden” ujar Bangun, usai melakukan persiapan keberangkatan peserta (29/06).

Para orangtua dan peserta yang berkumpul dipelataran sekolah, sangat mendukung kegiatan Jamnas. Salah satu peserta, Angelia, siswa kelas VIII (kelas II) ini mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan Jamnas karena dukungan orangtuanya. “Saya senang mengikuti Jamnas ini. Selain itu, saya akan mendapatkan pengalaman ketrampilan dan wawasan. Harapan saya, semoga sekolah kami terus berprestasi” ungkapnya saat diwawancarai. Hal itu diakui salah seorang Pembina, bahwa Angelia sangat aktif dalam kegiatan pramuka.

Gerakan pramuka SMPN 1 Medan dengan Gudep 17509/17510 ini, telah banyak meraih prestasi. Pengalaman kegiatan pramuka dari tingkat nasional, bahkan internasional pun pernah diikuti. Oleh karena itu, sampai sekarang SMPN 1 Medan tetap menjadi favorit dengan segala kegiatannya dan prestasi para siswa-siswinya.

http://www.pewarta-indonesia.com/berita/pendidikan/6194-smpn-1-medan-pramuka-menuju-prestasi.html

Catatan “Fotografer Dua Minggu”

Oleh: Novrizal


Jembatan Ambruk
Di hari pertama, Senin pagi, pada tanggal 03 Januari, kami berkumpul di depan gedung STIK-P Medan, untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen fotografi: mengikuti pewarta foto media cetak di lapangan, mengambil dokumentasi peristiwa yang terjadi, mencari tahu bagaimana proses sebuah foto yang dimuat oleh media cetak. Setelah semuanya hadir, kami pergi menuju warkop Jurnalis (demikianlah sebutannya dimana tempat berkumpulnya para pewarta foto dari berbagai media), di kota Medan. Seusai menerima kabar dari seorang fotografer yang menjadi mentor, kami beranjak menuju Gedung Konsulat Malaysia. Lebih dari setengah jam menunggu, ternyata tidak ada peristiwa demonstrasi di depan Gedung Konsulat Malaysia, terkait nasib para TKW Indonesia yang menjadi bulan-bulanan oleh majikannya di Malaysia, seperti yang dikabarkan oleh rekan-rekan pewarta foto lainnya. Bingung harus bagaimana, namun mentor beralih dan menyeru untuk mengambil foto jembatan ambruk di Namorambe, tepatnya di ujung lokasi. Lalu, kami bergegas menuju lokasi tersebut. Sangat miris ketika melihat sebuah jembatan yang ambruk karena musim banjir yang sempat melanda sebagian kota Medan. Berdasarkan informasi, bahwa jembatan tersebut adalah yang menghubungkan 15 desa ke kawasan kota. Setelah memastikan lokasi, ternyata 15 desa tersebut terisolir karena jembatan yang ambruk. Kamera pun tak lepas membidik anak-anak berseragam hilir-mudik dan berusaha melewati jembatan yang terjal. Dengan keadaan seperti itu, belum ada kepedulian pemerintah daerah untuk meninjau lokasi tersebut.

Penertiban PKL dan Pengamanan Ruas Jalan
Di hari kedua, semuanya berkumpul di warkop Jurnalis menunggu mentor yang sedang briefing di kantornya. Tepat pukul 11.00 siang, kami masih menunggunya. Yang ada hanya para pewarta foto sedang asyik bermain kartu remi, bermain catur, dan kombur-kombur (istilah orang Medan). Pada hari itu, sangat berbeda sekali dari hari sebelumnya. “Skak! Habis kau kali ini! Tunggu apa lagi, cepat pesan ‘mandi’ (baca: teh manis dingin)!” Salah-seorang dari kami terkejut mendengar suara lantang itu, karena seorang pewarta foto sesaat berubah menjadi pecatur yang mengalahkan lawan mainnya. Tiba-tiba seorang dari mereka mendekat; dia bertanya mengapa kami sering berkumpul di tempat tersebut; salah-satu teman menjelaskan beberapa alasan kepadanya. Pada saat yang sama, kami tidak menghilangkan kesempatan untuk mengetahui profilnya sebagai pewarta foto. Saling share pengalaman dan cerita seputar dunia fotografi pun terjadi.

“Mungkin kalian lihat kami asyik main kartu, main catur, kongkow-kongkow, ‘kan? Beginilah ketika saat santai, tapi kalau tiba saatnya sibuk, tengah malam pun kami ladeni sebagai pewarta foto yang profesional.” Ujarnya kepada kami, sesaat melihat ramainya suasana di warkop Jurnalis tersebut, dan kalimat itu seolah-olah menjadi penutup dalam pembicaraan kami. Tak lama kemudian mentor datang, kemudian mengajak untuk mengambil foto peristiwa penertiban PKL di jalan Gatot Subroto dan pengamanan ruas jalan Nibung Raya di kota Medan. Pada waktu itu, kami berhasil mendapat dokumentasi peristiwa tersebut walau sedikit gerah, penat, dan bercampur rasa puas.

Hunting Foto
Di hari ketiga, kami bersepakat untuk menggali pengetahuan tentang fotografi; Kami mengadakan hunting bersama mentor, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengambilan foto pada saat menjelang sun shine dan pada malam hari. Tepat di Titi Gantung dekat dengan lapangan merdeka, karena lokasi tersebut cocok untuk melakukan pengambilan high angel dan slow speed pada istilah fotografi. Secara bergilir, kami mencoba untuk memahami teknis dalam pengambilan gambar di malam hari dengan mengatur speed (kecepatan) dan fragma (pencahayaan) yang ada pada kamera SLR. Selang beberapa jam, mentor menerima telepon dari kantornya. Hal itu menunjukan bahwa selesailah kegiatan hunting foto pada malam itu.

Peristiwa Kebakaran
Di hari keempat, kami masih tetap menunggu di tempat biasa pagi harinya. Pada saat itu, tidak ada peristiwa yang dapat didokumentasikan, karena mentor sedang melaksanakan tugas dimana kami tidak bisa mengikutinya. Begitu juga di hari-hari berikutnya. Kemudian, kami memanfaatkannya dengan mengevaluasi tugas dan mempelajari penulisan caption sebuah foto. Disusul beberapa hari berikutnya lagi, kami menerima informasi bahwa ada peristiwa kebakaran di Pulo Brayan; kebakaran itu menyebabkan ratusan kios pedagang ludes dan hangus oleh si jago merah. Kami bergerak menyinggahi dan mengambil dokumentasi layaknya seorang fotografer, meskipun secara bergantian. Usai mencari informasi penyebab kebakaran, seperti biasa kami langsung pamit meninggalkan tempat kejadian.

Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara
Minggu kedua, pada tanggal 24 Januari, bisa dianggap menjadi tugas yang terakhir. Ada peristiwa yang harus kami dokumentasikan, yaitu pemeriksaan teroris di KEJATISU (Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara). Bersama-sama dengan mentor dan pewarta foto lainnya, kami menyiasati untuk mendokumentasikan proses tersebut. Secara bergilir angel-angel yang bagus dapat diambil. Walau proses itu lumayan seru, setidaknya kami punya hasil jepretan yang cukup bagus. Setelah mengumpulkan data dan semua hasil dokumentasi selama melaksanakan tugas, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bung Roni, dia adalah seorang fotografer dari media cetak Harian Andalas di Medan, berkat kerjasama serta membagi pengalamannya, kami dapat mengetahui bagaimana cara kerja seorang pewarta foto media cetak. Hal yang dirasakan adalah kepuasan tersendiri. Decak kagum pun tak terucap kepada para pewarta foto, karena informasi dokumentasi mereka, publik mendapatkan berbagai informasi dari berbagai media. Dengan demikian, usailah tugas yang diberikan oleh dosen fotografi. Kami merasakan suatu pengalaman yang baru, dimana kami menyebutnya sebagai “Fotografer Dua Minggu”.

Rabu, 08 Juni 2011

Hukum Habis HAM Binasa

Oleh: Novrizal


"Hukum dibuat untuk dilanggar!" Begitulah kata temanku. Setelah beberapa hari pemberitaan kasus skandal oknum hakim yang digadang-gadangkan oleh media massa, baru aku memahami ungkapan temanku itu. Ternyata, hukum bisa "tawar-menawar harga". Sangat memilukan peradilan negeri ini!

Hal itu mengingatkanku puisi berjudul "Negeri Para Bedebah" oleh Adhie Massardi, puisi itu menggambarkan negeri antah-berantah adab dan moralnya; sebuah negeri di mana Tuhan menurunkan seorang nabi untuk memperbaiki kondisi negeri yang tak terkendali biadabnya oleh pemimpinnya kala itu. Ah, tak peduli apakah dia seorang pemimpin, ahli nujum, bahkan penegak hukum sekalipun; jika ia menyimpang, maka keadilan tetap ditegakan!

Ada juga berita tersiar sebelumnya, oknum-oknum aparatur hukum yang menjalankan tugasnya dengan sangat baik; ya, sangat baik "reputasi" kebobrokannya; menghilangkan nyawa orang tanpa sengaja, mengintimidasi korban salah tangkap, melakukan kekerasan fisik, sehingga HAM terabaikan. Bagaimana tidak? HAM tidak ada artinya jika penegak hukum itu sendiri menyimpang. Hukum saja "sekarat" apalagi HAM…? Walau kondisinya seperti itu, namun saya yakin masih ada penegak hukum yang adil dan bijaksana di negeri ini.

Untuk itu, perlu peningkatan kesadaran atas hak dan kewajiban seluruh warga negara. Sebaiknya, kita bersama-sama menghimbau dan mengingatkan pemerintah serta seluruh rakyat terutama generasi muda agar mengamalkan ideologi bangsa, yaitu PANCASILA sebagai simbol bangsa yang berdaulat dan beradab. Apabila seluruh generasi muda negeri ini mengamalkan PANCASILA, niscaya negeri ini akan pulih dari keterpurukan sistem, terutama dalam penegakan hukum dan HAM. Amin!

Selasa, 26 April 2011

Sedekahku

Oleh : Novrizal


“Ray, Ray, Ray! Bangun!” Dengan suara keras Roni bangunkan dari tidurku menjelang azan subuh. Roni adalah teman yang sekamarku.

“Hmm... ya, ya!” Sahutku agak sedikit gusar. Aku memaksakan untuk bangun, sekaligus mengambil hp yang disandarkan di dinding kamar semalam.

”Ih, mana handphone-ku?”

“Loh, dimana handphone-mu?”

“Aku nggak tahu, Ron. Ih! jam dan dompetku juga hilang? Padahal uangnya nggak ada, diembat juga bah. Tapi... isinya itu yang penting!” Sambil merogo tangan dan kantung celana, aku terlihat kaku. Bibir sedikit bergetar, seolah-olah seperti mimpi buruk yang melanda.

”Emang kenapa, Ray?” Roni kelihatan sangat serius sedang memerhatikanku.

”Kartu identitasku ada di dompet, termasuk kartu ATM!” Demikianlah aku dan Roni yang kalut terhadap barang-barang yang hilang itu. Tiba-tiba, Doni masuk ke kamar kami. Dia adalah teman se-kos yang kamarnya berhadapan dengan kami.

“Kenapa, kelen? Doni yang penasaran melihat kami seperti kesurupan; dia ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada kami.

”Barang-barangku dicuri, Don!”

”Loh, Kok... jadi gimana tuh? Hmm... ya-ya-ya, aku tau sekarang!” Sepertinya Doni memikirkan sesuatu.

“Tau, apa? Kenapa, Don? Apa itu?” Aku memaksa Doni untuk menjawab pertanyaan itu.

”Kelen tau, nggak? akhir-akhir ini, Udin kelihatan aneh.” Imbuh Doni, saat teman-teman se-kos lainnya mulai berdatangan dan berkumpul di kamar kami. Aku terkejut menatap wajahnya serius karena tidak merasakan hal yang sama seperti yang dikatakannya. Namun, Aku tetap berpikir tidak mungkin dia pelakunya. Memang Udin orangnya pendiam dan jarang nongkrong bersama. Beberapa saat kemudian, aku keluar meninggalkan mereka. Pada saat itu, aku bertanya-tanya dalam hati apa benar ada kaitannya dengan Udin atau tidak.

“Tapi anehnya, kenapa Udin selalu tanya kamar-kamar yang terkunci? Nggak seperti biasa. Lalu, apa pedulinya? Kami aja nggak terlalu peduli soal itu.” Sambil berjalan aku menuju Kenanga (kafe di samping kampus). Namun, perasaan kalut tetap terbawa oleh sikapku.

“Hei, mau kemana, Ray? Sini dulu bentar!” Sahut seniorku di kampus yang tengah duduk di kenanga.

”Oh, iya Bang...”

”Kok kusut gitu mukamu? Ada masalah apa nih?”

”Nggak ada, Bang! Aku cuma kesal aja, aku kecolongan di kos!”

”Loh, emang kapan hilangnya?”

”Tadi subuh, Bang!”

Cerita demi cerita, aku menjelaskan semua kejadian itu padanya. Dia pun dengan teliti menyimak penjelasan musibah itu.

”Jadi, karena itu Bapakmu datang?” Tanyanya lagi, mungkin kurang puas mendengar pejelasan itu. Aku pun melihat wajahnya yang penuh kesal dan kening yang agak mengerut.

”Tapi, dari mana Abang tau? Kebetulan Bapakku tiba dari binjai, dia mau istirahat di kos. Awalnya dia nggak tahu, tapi aku sudah cerita semua kejadiannya.” Dengan suasana haru, aku menjelaskan sambil mengingat-ingat pada saat malam sebelum kejadian terjadi.

“Seandainya aku lama di warnet, pasti aku nggak kecolongan, Bang!” Dengan nada menyesal, aku berkata dengan begitu yakin padanya.

Sempat juga kukirim pesan ke nomor handphone-ku itu, entah itu masih aktif atau tidak. Yang jelas pada saat itu aku katakan:

“Tolong! kembalikan dompetku dan isinya. Lemparkan aja di halaman kos, kalo nggak mau ada yang liat! Kalo mau ambil hp-nya silahkan, aku cuma minta tolong isi yang ada di dompetku dikembalikan...”

Dengan demikian, berharap si pelaku terenyuh untuk mengmbalikannya. Pada saat yang sama, teman-teman sekelas bertanya padaku. Mereka kecewa, karena tidak memberitahukan kejadian itu sebelumnya. Pantaslah seniorku itu tahu kalau Bapakku datang, ternyata beritanya sudah menyebar. Walau demikian, aku merasa bersyukur memiliki teman-teman yang sangat perhatian. Setelah itu, aku beranjak ke mushola kampus.

Usai shalat, seorang senior yang mengenakan jilbab menghampiriku lalu berkata:

“Udah... Ikhlaskan aja, Dek! Anggap aja sedekah, pasti ada hikmahnya dari kejadian itu.” Sarannya yang halus, serta perkataan yang penuh dengan kelembutan sambil berlalu.

“Aku bingung! Ikhlas atau nggak?” Aku bergumam sambil mengingat barang-barangku yang hilang. Kemudian aku bergegas mencuci muka. Aku tidak bisa tenang karena terus-terusan membayangi kejadian itu.

“Ya Allah! Apakah ini cobaan yang Engkau tujukan padaku? Apa mungkin aku kurang sedekah? Jika ini yang terbaik, aku rela atas kejadian itu ya Allah!” Aku merenung sambil berucap dalam hati.

Aku mulai berusaha berpikir tenang pada saat itu. Siapa yang mengambil yang bukan haknya, biarlah itu menjadi urusannya. Tidak lupa ku sertakan doa, agar pelakunya segera menyesali perbuatannya. Aku yakin itu pasti ada hikmahnya, supaya lebih berhati-hati. Kata syukurku terucap. Terenyuh diriku dalam suasana hening di mushola dengan perasaan legah.

Di Dalam Gerbong

Oleh: Novrizal


Tut-tut-tut… Kereta api telah tiba. Selang beberapa menit, semua orang-orang yang berada di dalam bergegas turun di setasiun pusat daerah Medan. Sementara, orang-orang yang menunggu kedatangannya langsung berduyun-duyun masuk ke dalam gerbong. “Hore! akhirnya naik kereta api!” Seru Runi sembari mencari tempat duduk, yaitu salah satu di antara kami dari delapan orang yang ikut berlibur ke Kisaran. Selain ratusan penumpang lain, muatan gerbong yang kami tumpangi disusupi oleh puluhan pedagang keliling kala itu. Di antaranya penjual mie, pecal, pulsa, minuman ringan, kerupuk, lemang, dodol, dan lainnya yang siap menjajakan dagangannya. Ketika itu, aku duduk di kursi yang dapat diduduki oleh tiga orang sejejeran. Ada dua orang gadis di sebelahku, mereka adalah Runi dan Nurul yang berjilbab, sama-sama mengenakan baju kaos lengan panjang serta celana jeans. Runi merupakan seorang gadis yang periang, cantik, tidak menyolok jika mempunyai masalah. Berbeda dengan Nurul, dia adalah gadis yang cukup cerdas, lincah, berpengalaman pulang pergi dengan menggunakan jasa angkutan duo rel. Maka dari itu, kami menyebutnya sang juru kunci kereta api.

Kemudian, lima orang lagi ada di depan kursi kami yang saling berhadapan. Sederetan mereka adalah Cini, seorang teman bercirikan body yang terlalu langsing dan warna kulit yang agak gelap, orangnya sedikit pendiam. Berikutnya Ayu dengan sikapnya yang polos, biasanya sering menjadi bahan gurauan kawan-kawan karena kepolosannya. Selanjutnya, Puput dan Tama. Mereka adalah duo sejati dimana ada Tama di situ ada Puput. Dan, yang terakhir adalah Teriyan, teman kami yang satu ini berbadan kecil dan memiliki tinggi kurang dari satu setengah meter. Dia berdiri di samping Tama karena tempat yang tersediakan tidak cukup untuk lima orang, beruntung Tama masih dapat ujung kursi yang bisa didudukinya.

Hampir setengah jam kami duduk di dalam gerbong, akhirnya kereta api mulai bergerak perlahan-lahan. Tut-tut-tut... Bunyi suaranya menandakan kereta api siap meninggalkan setasiun pusat. Sungguh menyenangkan, kami dimanjakan dengan enjut-enjutan di dalam gerbong saat perjalanan. Sepertinya kami kembali ke masa kanak-kanak, dimana kami mengenang saat menaiki kuda-kudaan yang bergoyang naik-turun di tempat. Hmm... Terlalu manis untuk dilupakan masa-masa seperti itu.

Di ruang yang terbilang pengap dan beraneka aroma bau serta wewangian, dua orang petugas kereta api mendekati kami dan merazia tiket. Pasti tahu akibatnya, kalau ketahuan tidak punya tiket, bisa-bisa kami ditendang keluar atau bisa saja kompromi “tawar-menawar” mencari kesepakatan, seperti tidak tahu sajalah budaya negeri ini. Untunglah, tiket kami itu tersimpan dengan baik oleh Puput. Tiba-tiba, terdengar suara-suara yang memanggil. Semakin dekat, lebih dekat lagi. Oh! Ternyata salah satu pedagang menghampiri kami.

”Ayam goreng! Burung goreng! Telur puyuh...!” Demikianlah seorang pedagang menyorakan jajanannya, bermandikan peluh yang menghiasi wajahnya sedang melintasi kami.
”Burung goreng berapa, Bu?”
”Lima belas ribu dapat empat, Dek!”
”Bah! mahal kali! Nggak bisa sepuluh ribu dapat empat ya, Bu?”
”Nggak bisalah... Mau dapat berapa lagi, dah harga agen nih!” Sambil lalu, pedagang itu mengomel karena tawaran yang dia terima tidak seimbang.

”Oh, ya udah!” Ketus Puput yang berbadan tambun dan buntal, agak sedikit rewel bila ada orang yang membuatnya kesal. Berkali-kali dia gagal menawar harga, untuk dapat membeli burung goreng. Akhirnya, dia membeli juga dengan harga awal dari pedagang. Walau penjualnya berbeda, tapi harganya semua sama, sebab mereka jualan dari agen yang sama.

Kelihatan Tama dan Teriyan sedang berbisik-bisik, entah apa gerangan sehingga keadaan menjadi lebih hiruk setelah menyaksikan aksi tawar-menawar antara Puput dan pedagang keliling tadi.

”Kayaknya kelen bicara sesuatu, ada apa, Tam?” Sedikit penasaran aku mengacaukan mereka.

”Nggak ada kok!” jawabnya sedikit terperangah menatapku. Tama adalah teman lelaki yang kurang banyak bicara, tetapi dia amat pandai mengambil hati seorang gadis, yaitu si Puput. Sementara, Teriyan tersenyum kecil saat aku mengganggu mereka yang tengah asyik berbisik-bisik.

”Aku bingung nih... Cewek mana yang dibidik Teriyan. Pasalnya di samping kananku ada cewek, warna bajunya abu-abu. Di seberang belakangmu ada cewek juga, sama pulak warna bajunya. Acem tuh, Nuh?” Begitulah dia menyebut namaku, sedang menjelaskan apa yang dibisik-bisikan Teriyan kepadanya. Aku baru sadar, bahwa Teriyan telah membisikan kepada Tama, seorang wanita yang telah ditangkap oleh matanya.

”Ha-ha-ha...” Aku dan Tama tertawa kejang. Kami tertawa terbahak-bahak, rupanya salah satu wanita yang warna bajunya sama itu adalah seorang nenek.
”Wah! ternyata selera kau nenek-nenek ya, Yan? Hmm... yang mana nih? Ujung seberang atau di sebelah nih? Ha-ha-ha...” Sambil tertawa, ternyata tidak hanya aku, teman-teman yang lain pada ikut tertawa mendengar celotehan kami.

”Bukan gitu, Nuh! Aku suka aja liatnya, yang diseberang belakang itulah orangnya!” Kelihatan sekali, Teriyan agak malu-malu menunjuk wanita itu.

”Hoooo, yang itu rupanya! Pantaslah mata kau nggak berkedip kalo liat cewek itu. Apa perlu dinyanyikan sebuah lagu supaya kau bisa kenalan, Yan?” Aku mengguraui Teriyan yang sedang jatuh cinta dengan seorang wanita di dalam gerbong. Pucuk di cinta ulam pun tiba, kata pepatah lama tatkala kami mendengar sebuah tembang, suaranya semakin mendekati telinga kami.

”Ho... woo... hoo... berikan cintamu juga sayangmu, percaya padaku, ku kan menjagamu hingga akhir waktu menjemputku....” Terdengar lirik lagu dari group band Ungu yang dinyanyikan oleh sekelompok pengamen, semakin lama suara itu semakin mendekat. Sungguh unik bagiku, ternyata di setiap ruas gerbong ada juga pengamennya. Tak heran, jika orang-orang yang berlalu lalang di dalam gerbong berdesak-desakan. Dengan Lantunan lagu itu, tidak membuat Nurul, Cini dan Ayu bergeming mendengarkan, malah mereka teramat asyik bergosip dan tertawa. Begitu juga dengan Puput, malahan tengah asyik makan burung gorengnya itu. Namun, lantunan lagu itu membuat Runi tertidur dan bersandar di bahuku. Amboi! Sungguh nyaman dan membahagiakan melihat Runi seperti itu. Bergerak langkah Teriyan meninggalkan tempat, kelihatannya dia tidak mau diusik lagi. Aku tak tahu entah mengapa, mungkin lantunan lagu itu membuatnya malu saat mata kami menatap wajahnya.

”Loh! mau kemana, Yan?” Tanya Tama dengan tegas saat para pengamen masih tetap bernyanyi ditempat kami.

”Nggak kok! Cuma jalan-jalan aja!” Jawabnya sambil berlalu hingga dia tak kelihatan.

Tak lama, para pengamen berlalu meninggalkan tempat kami. Gema suara dan alat musiknya pun semakin lama semakin menghilang. Lalu, aku memerhatikan di sekitar kami. Banyak wajah-wajah yang kelelahan, seorang ibu yang menidurkan anaknya, dan ada juga yang mulai terkantuk ketika mendapat sandaran yang pas. Aku mulai merasakan hal yang bercampur aduk, sungguh penat, juga betapa nyamannya jika tidak ada kebisingan di sekitarku. Selalu begitu, di setiap setasiun kecil kereta api berhenti, banyak penumpang yang keluar dan banyak pula penumpang yang masuk ke dalam gerbong. Ditambah lagi para pedagang keliling, mereka bersorak-sorak menjajakan dagangannya sehingga membuat suasana riuh. Beginikah suasana di dalam gerbong kereta api? Berjam-jam kami duduk, menunggu untuk sampai tujuan. Akhirnya, aku duduk tertidur di dalam gerbong.

Senin, 17 Januari 2011

”The Big Fish” Mafia Hukum dan Pajak?

Oleh : Novrizal



”Saya Ikan Teri, saya tidak tahu siapa The big fish, saya bukan The big fish! Silakan tanya pada Bapak Presiden saja, mungkin dia tahu itu! Imbuh Gayus dihadapan para wartawan beberapa waktu yang lalu. Keterangan itu terkesan implisit, seperti ada hal yang tersembunyi. Mengingat siapa The big fish, mulut Gayus terbungkam dengan hati mengutuk karena ketidakadilan hukum yang diterimanya.

Sementara itu, pemberitaan plesiran dirinya ke beberapa tempat di luar negeri membuat publik merasa jengkel dan geram, seakan-akan hukum di negeri ini hanya sebuah permainan uang semata oleh sejumlah orang yang banyak uang. Plesiran Gayus menjadi sebuah tanda tanya besar terhadap publik, kenapa seorang Gayus bolak-balik seenaknya keluar negeri dengan mudah, sedangkan dia berstatus tahanan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua yang dikenal sangat ketat pengawalannya. Hal ini seolah-olah sudah diatur dan terencana. Kemungkinan ada pihak-pihak yang melindungi dan membiarkan, sehingga sosok ikon koruptor berkacamata dan berambut palsu ini layaknya orang yang bebas saat bepergian ke luar negeri. Disinyalir adanya pertemuan Gayus dengan sosok The big fish atau utusannya, saat dia bertandang keluar negeri terkait kasus hukum dan pajak yang bermasalah. Isu tersebut sempat menjadi sorotan hangat di berbagai media massa, hingga saat ini kabar yang mempertegas isu itu perlahan-lahan meredup. Jika hal itu benar, mungkinkah penegak hukum di negeri ini sanggup menuntaskannya?

Sony laksono, demikianlah nama yang tertulis di pasport ”aspal” (baca: asli tapi palsu) yang dimiliki seorang Gayus H. Tambunan ketika hendak melakukan rute wisata ke beberapa negara di Asia Tenggara hingga Bali. Pasport aspal yang memakan biaya hampir 1 milyar tersebut telah mencoreng institusi Imigrasi terkait, sehingga dilakukan pemutasian dan pergantian jabatan di institusi tersebut. Begitu pula dengan calo pembuat pasport aspal yang sudah diamankan petugas berwenang. Sampai saat ini, calo tersebut sedang dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian untuk mengorek keterangan dan pengembangan kasus tersebut. Bagaimana pasport aspal itu bisa melewati pengawasan yang ketat? Di sisi lain telah menunjukan lemahnya pengawasan pihak institusi imigrasi tersebut, atau jangan-jangan pihak institusi imigrasi atau oknumnya tersebut juga terkena biusnya Gayus dan si The big fish itu.

Diduga kuat hal ini melibatkan sejumlah orang yang memiliki pengaruh besar, yaitu merupakan oknum elit politik dan juga pemilik perusahaan. Suap-menyuap perkara pun terjadi antara oknum pajak dan pemilik perusahaan untuk mengambil keuntungan yang merugikan negara terkait kasus utang pajak terhadap negara. Dalam kasus tersebut, Gayus berkata liar di dalam persidangan bahwa ada pihak-pihak yang memperlancar dan terlibat dalam aksinya, yaitu oknum kejaksaan, polri, dan pengusaha atau pihak swasta. Beginilah jadinya jika penegak hukum itu sendiri terlibat dalam skandal hukum.

Aneh dan janggal. Kasus praktek mafia hukum dan pajak terkesan stagnasi, berputar-putar alias mengambang dalam membongkar siapa The big fish mafia hukum dan pajak di negeri ini. Apa sebenarnya yang mempersulit untuk membongkar kasus ini? Pertanyaan sederhana ini muncul karena kekecewaan publik yang pesimis terhadap keadilan hukum yang diterapkan di negeri ini.


Pengaruh Kekuatan Politik dan Ekonomi

Nama seorang mantan Kapolri muncul dan dibawa-bawa ketika beliau dipanggil oleh komisi III DPR-RI mengenai pemaparannya sebelum beliau melepas jabatan sebagai Kapolri, beliau dikatakan turut mengetahui skandal kasus ini pada masa beliau menjabat sebagai Kapolri. Di samping itu, ketua komisi III DPR-RI secara pribadi berpendapat, bahwa tidak gampang dalam penuntasan kasus mafia hukum dan pajak karena banyak pihak yang terkait, yaitu menyangkut pihak yang memiliki pengaruh kekuatan politik dan ekonomi. Ironinya, pendapat itu seolah-olah suatu bentuk kejujuran yang bersifat normatif tetapi mengarah ke suatu petunjuk bila ditelusuri lebih dalam. Tidak salah jika ada hal yang mengancam citra presiden dan partai berkuasa, apabila mulutnya terbuka lebar untuk ”menggigit” pihak yang telah diketahui terlibat skandal tersebut. Pembongkaran kasus tersebut bukan merupakan sebuah kesulitan yang sangat dahsyat, jika hukum di negara ini ditegakan dengan benar, jujur, dan adil. Tidak ada prinsip man of no conflict atau no enemy yang selalu mengambil jalur aman dalam penegakan hukum. Selalu ada resiko, bahkan nyawa sekalipun dipertaruhkan. Jika hal demikian dibiarkan, bisa-bisa negeri ini akan terperosok ke jurang yang dalam.


Dampak Sistemik

Ada pihak menyatakan kasus ini berdampak sistemik yang dapat mengguncang republik apabila dibongkar. Pernyataan tersebut sangat berbahaya, karena menyangkut seluruh elemen pemerintahan termasuk presiden itu sendiri. Apa yang dimaksud berdampak sistemik ini bisa jadi sengaja dibuka kepermukaan agar publik terbius, sehingga terkesan secara perlahan-lahan kasus ini tenggelam karena tidak mungkin untuk dituntaskan. Pernyataan berdampak sistemik itu berarti secara tidak langsung telah menunjukan akan terjadinya chaos stabilitas kepemerintahan, dimana pihak-pihak yang terkait saling melindungi dan dilindungi oleh partai politiknya, sedang kader partai tersebut duduk di pemerintahan pusat yang tengah berkoalisi. Bisa jadi koalisi akan terpecah, lalu SETGAB (Sekretariat Gabungan) yang telah dibentuk dengan tujuan sebagai pondasi kebijakan, mencari titik kesepakatan, dan tujuan oleh tiap fraksi partai tidak akan berfungsi.

Tim independent Satgas dalam investigasi skandal ini terkesan bersikap dingin, Satgas tidak mengungkap dan berterus-terang dalam temuan-temuan penyelidikannya. Satgas bentukan presiden cenderung pasif, hanya sebatas menunjukkan bahwa presiden serius dalam membongkar kasus tersebut. Pada kenyataannya belum bisa dikatakan serius karena presiden SBY dianggap tidak turun ke lapangan dalam kasus ini. Lalu kenapa masalah mafia hukum dan pajak tidak bisa diatasi? Sekuat itukah pihak yang terlibat di dalamnya? Bisa jadi jika ada pihak yang dilibatkan, kemungkinan akan terjadi saling lempar skandal kasus, atau mungkin saja saling sandera skandal terhadap sesama partai besar yang akan dibeberkan ke publik.


Saling Sandera Skandal

Bisa jadi, kasus Bank Century yang diduga melibatkan pihak partai Demokrat, sehingga terpaan media terhadap kasus tersebut seolah-olah ditiadakan oleh pemberitaan Gayus. Sedangkan kasus Gayus kini menjadi fokus utama yang membuat sikap partai Golkar menjadi reaktif dianggap memojokan pihaknya, baik sengaja maupun tidak, kasus ini akan menjadi sebuah ancaman citra partai Golkar oleh partai yang berkuasa. Kasus sebelumnya juga, adanya penyerangan dan pemukulan terhadap anggota ICW (Indonesian Corruption Watch) oleh sekelompok orang yang dituding adalah orang-orang utusan institusi kepolisian terkait kasus rekening buncit. Sehingga dapat dikatakan bahwa telah terjadi saling sandera skandal oleh partai papan atas. Apabila partai berkuasa memperluas dan menuntaskan kasus skandal mafia hukum dan pajak ini, maka pihak partai yang merasa terlibat akan balas mengancamnya atau melakukan sabotase, sehingga partai oposisi PDI-P yang di luar pemerintahan mengambil sikap dan momentum yang bagus atas kegagalan pemerintahan partai berkuasa dalam menangani berbagai problematika di negeri ini.

Jadi, kasus gayus ini seolah-olah sengaja ditarik ulur dan hanya sekedar formalitas tanpa mencari siapa The big fish yang dimaksud. Hukum pun tidak berjalan dengan semestinya, ketika Gayus membeberkan oknum-oknum yang terlibat justru dirinya yang diberatkan. Sebenarnya, jika pemerintahan ini tegas, jujur, dan adil, maka tidak ada hal yang perlu ditutup-tutupi dalam perkara mafia hukum dan pajak. Dengan adanya panitia kerja mafia pajak oleh DPR, maka pihaknya akan merekomendasikan pembentukan pansus ke sidang paripurna, hal itu merupakan harapan publik yang tidak hanya sekedar memotivasi hukum di negeri ini, tapi juga turut membantu dalam pencapaian mengungkap siapa The big fish mafia hukum dan pajak di negeri ini, serta diharapkan tidak ada upaya politisasi kasus Gayus dengan terbentuknya panitia kerja mafia pajak oleh DPR.

Jumat, 14 Januari 2011

Bius Pemersatu Bangsa

Oleh: Novrizal


Tim Garuda telah menunjukan ”Kepak sayap dan cakarnya” saat pertandingan yang telah dilewatinya. Thailand, Malaysia, dan Laos sudah merasakan sepak terjang para pejuang lapangan hijau ini, beberapa waktu yang lalu. Tak lepas dari hasil kerjasama pemain poros depan Irfan Bachdim, Christian Gonzales, Firman Utina, Oktovianus Maniani, dkk sehingga dapat menghasilkan skor yang baik. Kini telah dibuktikan lagi kemenangannya dengan sundulan Christian Gonzales asal club PERSIB Bandung, yaitu salah satu pemain naturalisasi dari timnas, aksinya menjadi sorotan karena berhasil membobol gawang tim Philipina yang diganyang dengan agregat skor 1-0, kamis malam kemarin.

Kemudian, dilanjutkan lagi dengan pertandingan balasan Indonesia vs Philipna menuju gerbang final. Lagi-lagi Tim ”Merah Putih” meraih kemenangannya melalui tendangan long shoot di luar kotak penalti, tendangan Christian Gonzales melesat ke jaring gawang lawan pada menit ke-42 di pertandingan pertama. Akhirnya, agregat yang diperoleh 1-0 atas kemenangan tim Merah Putih melawan Philipina. Kemenangan tersebut akan membawannya menuju partai final untuk melawan tim negeri jiran yaitu Malaysia di piala Suzuki AFF mendatang. Gegap gempita telah mengisi perasaan pendukungnya, euphoria bangsa Indonesia muncul karena kemenangan itu. Dilansir oleh berbagai media, bahwa tim Merah Putih sedang mengalami revolusi sepakbola ke arah yang lebih baik. Di bawah asuhan pelatih Alfred Riedl asal Austria, telah memberikan nuansa yang berbeda dengan sistem strategi yang diterapkannya.

Para pejuang lapangan hijau ini telah memberi catatan sejarah persepakbolaan Indonesia dalam ajang bergengsi piala Suzuki AFF dalam dua pekan terakhir ini. Timnas telah diwarnai dengan semangat dan kebangkitan yang membawa citra PSSI menjadi positif. Antusias bangsa turut menguak keinginan untuk menjadi rajanya Asia Tenggara dalam sepakbola se-ASEAN. Berita ketangguhan timnas yang digembar-gemborkan media seolah-olah turut menyemangangati para pejuang lapangan hijau ini.

Saat tim dari negara lain digulung dengan skor-skor telak, membuat citra positif terhadap timnas yang selama ini kurang, menjadi sangat memuaskan. Dalam krisis kepercayaan akan hukum, birokrasi, serta pemerintahan yang tengah terjadi di negeri ini, telah menurunkan citra pemerintahan dan membuat bangsa ”terpecah belah” menjadi bersatu hanya dalam sorotan ajang pertandingan bergengsi ini. Oleh karena itu, semangat untuk mendukung timnas pada saat berlaga telah memberikan suntikan ”bius pemersatu bangsa” dan meniadakan perpecahan golongan, baik dikalangan masyarakat sipil maupun masyarakat pemerintahan. Kaum elite pemerintahan pun seperti presiden, menteri, serta jajarannya berbaur dengan rakyat dan bersatu padu mendukung tim Merah Putih. Semoga hal demikian tidak bersifat sementara, janganlah sampai karena sikap yang fanatisme dapat meleburkan dan menciderakan citra positif bangsa yang kian membaik dalam pertandingan berikutnya.

Tidak hanya pada sepakbola, yang terpenting melalui suntikan ”bius pemersatu bangsa” ini, seluruh elemen masyarakat dari tingkat puncak sampai ke tingkat bawah dapat mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan antargolongan, serta tidak mengedepankan kepentingan golongannya. Dengan demikian, sikap seperti ini yang telah lama ”redup” dapat dinyalakan kembali di negeri tercinta ini. Dan, dengan semangat itu pula, semua warga negara di negeri ini akan siap turun ke lapangan untuk bersatu dan berteriak bebas demi kemenangan dan mengharumkan nama bangsa dalam pertandingan final melawan tim negeri jiran Malysia berikutnya, sembari bersorak: ”Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, kuyakin hari ini pasti menang... Kobarkan semangatmu, tunjukan sportifitasmu, kuyakin hari ini pasti menang...!”