Entri Populer

Minggu, 19 Desember 2010

Makna Sebuah “Akreditasi”

Oleh: Novrizal


“Kamu lulusan apa?” Tanya seorang manajer sebuah perusahaan terkemuka kepada pencari kerja, saat interview di ruangannya.
“Sarjana ekonomi, Pak! Di universitas yang terkenal di Medan!” Si pencari kerja menjawab dengan penuh rasa percaya diri.
“Apa saja keahlianmu? Bisa kamu sebutkan!”
”Hmm... Saya cuma dapat mengoperasikan komputer, tapi hanya program microsoft word, Pak! Saya akan berusaha untuk belajar menguasai keahlian lainnya!”
”Oh! kalau begitu, Saya beri kamu kesempatan untuk banyak belajar lagi...” Sesaat kemudian, Manajer tersebut berkata: ”Yaah, silahkan! Tunggu kabar selanjutnya dari kami!”
Jika diperhatikan dialog di atas, apakah ada makna yang terkandung di dalamnya? Apakah dialog tersebut biasa-biasa saja? Jawaban Anda benar, sepintas sepenggal dialog tersebut menunjukan suatu hal yang lumrah antara komunikator dan komunikan. Tulisan ini tidak menyoalkan subjek atau objek kalimatnya. Dan, pada dialog tersebut tidak bermaksud menyinggung sebuah gelar kesarjanaan, institusi terkenal, maupun sebuah perusahaan terkemuka. Terasa jelas sekali, ada sesuatu yang tersirat di dalamnya. Sekali lagi ditegaskan, pembahasan ini tidak sekedar memerhatikan kata-kata dalam dialog tersebut, tetapi hanya sekedar menyimpulkan makna sebuah ”akreditasi”.

Apakah Akreditasi itu?
Anda tahu, apakah akreditasi itu? Siapa yang pantas menyandang label itu? Baiklah! kalau begitu akan dijelaskan sedikit. Dalam kamus Bahasa Indonesia, akreditasi adalah sebuah pengakuan terhadap lembaga atau jawatan tertentu yang diberikan oleh badan yang berwenang agar memenuhi syarat pembakuan atau kriteria tertentu. Seringkas pengertian tersebut menunjukan, bahwa suatu lembaga dikatakan terakreditasi apabila memenuhi syarat dan kriteria tertentu, alias berkualitas. Lalu, bagaimana dengan ”akreditasi” yang dimaksud dalam tulisan ini? Tentu, pasalnya merujuk kepada istilah humanware.

Apa Itu Humanware?
Sebelum dapat disimpulkan, ada sedikit penjelasan tentang humanware. Apa itu humanware? Kenapa harus humanware? Kenapa tidak hardware atau software saja? Anda mungkin mengerti maksudnya atau Anda merasa tidak ada kaitannya sama sekali alias nggak nyambung. Jika seperti itu, agaknya perlu dituntaskan kekeliruan itu terlebih dahulu. Hardware dan software adalah perangkat keras dan lunak ciptaan manusia yang bisa diaplikasikan, yaitu melalui media program atau komputer. Istilah humanware di sini adalah perangkat manusia yang diciptakan Tuhan, memiliki akal, pikiran, perasaan, nafsu, serta kecerdasan yang tidak sama dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Sudah barang tentu kalau Tuhan memberikan suatu label ”akreditasi” kepada manusia, tidak hanya kecerdasan, hal-hal yang lainnya juga. Dalam hal ini, tidak mengulas sisi kecerdasan manusia, tetapi konteksnya adalah bagaimana Kita membangkitkan kesadaran agar dapat berpikir dan bertindak. Seperti otak dan akal, kita memilikinya. Oleh karena itu, jika otak dan akal saling berintegrasi akan menghasilkan sebuah pemikiran. Ketika melahirkan sebuah pemikiran, maka akan dihasilkan sebuah tindakan, dari tindakan akan terciptalah kebiasaan serta kemudian diperolehlah sebuah karakter. Jadi, barang siapa yang memiliki kesadaran, maka ia akan berpikir dan bertindak secara sehat hingga membentuk karakter yang baik, komponen seperti itulah yang harus dibangun agar mencapai tingkatan label ”akreditasi” itu.
Tuhan memberikan kita suatu eksistensi di dunia ini dengan pelbagai ilmu. Sebuah ilmu tampak karena pengetahuan, pengetahuan muncul karena proses berpikir. Tidak salah ketika ada ungkapan “Aku berpikir maka aku ada” dari seorang pemikir terdahulu. Oleh karena itu, suatu keberadaan itu tampak selama adanya kesadaran sebagai stimulus proses berpikir, yang mewujudkan tindakan yang positif. Sebagai manusia sudah seharusnya bangga terhadap label yang telah diberikan itu. Lalu, apakah hanya sebatas bangga saja, kemudian manusia itu dapat berleha-leha kesana-kemari? Tentunya tidak sama sekali, ”akreditasi” yang telah disandang tidak serta-merta ditempel begitu saja, itu merupakan sebuah anugerah. Akan tetapi, apakah Kita telah menunjukannya? Mungkin Anda tahu jawabannya. Ada sebuah tantangan, cobalah Kita memproyeksikan diri masing-masing sebagai orang yang ”terakreditasi” itu! Apa yang akan Kita lakukan...?
Kembali lagi pada pembahasan awal dalam sebuah penggalan dialog sebelumnya. Saat interview seorang manajer menolak secara halus, bahwa si pencari kerja itu tidak memenuhi kualifikasi yang dia inginkan. Jadi, apanya yang salah? Si pencari kerja itu lulusan dari universitas terkenal, sudah pasti universitasnya terakreditasi baik. Lalu, kenapa dia ditolak? Hal itu tidak mendeskripsikan label yang ada padanya.

Bukan Lembaga atau Pujian Orang Lain
Si pencari kerja merupakan humanware, dia lulusan universitas yang terakreditasi baik, tapi dia tidak menunjukan “akreditasi” yang baik pada dirinya. Sangat disayangkan, saat duduk di bangku perkuliahan dia tidak memperoleh apa-apa. Tidak hanya di bangku perkuliahan yang secara teoritis saja, di luar daripada itu pun seharusnya dia memperoleh apa-apa tapi kenyataanya masih diragukan. Maka dari itulah, muncul pertanyaan apa sebenarnya makna sebuah “akreditasi” tersebut. Untuk itu, marilah Kita bersama-sama membuktikannya pada diri masing-masing dengan cara belajar, berkarya, berpikir kreatif, melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kedepannya melalui tindakan nyata dan tidak lupa berdoa. Janganlah bersikap mengeluh dan menyalahkan, dari keinginan yang tidak bisa diperoleh dalam hidup, tapi syukurilah apa-apa yang telah didapatkan. Akan tetapi, semua itu terlepas kepada penilaian empunya badan. Jadi, kesimpulannya adalah makna sebuah ”akreditasi” bukan terletak pada sebuah lembaga ataupun pujian orang lain, akan tetapi sejatinya dibuktikan oleh diri sendiri. Lalu, bagaimanakah dengan Anda?

8 komentar:

  1. Hai..Novrizal,
    Aku Rindu W
    kita pernah sama2 interview di Chandra Kusuma,
    masih ingat aku kan??

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh ya, dah lama ya.. apa kbr??
      apa kgiatan skrg??

      Hapus
    2. Alhamdulillah baik dan sehat wal'afiat..
      kegiatan sekarang sih masih sibuk lebaran hehehe...
      Eh ya BTW aku ga ada di telp sm Chandra, berarti dirimu yang udah ditelp ya???
      Kapan?? dah lama kah???

      Kalo emang iya, berarti kan ga perlu nunggu2, secara masih banyak panggilan sana-sini...

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  2. oh, sama la, belum juga...
    jgn dipikirkan x, ntar klo mereka butuh bakalan dipanggil...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga dipikirin juga...
      aku cuma mau tau aja dirimu dah dipanggil atau belum,
      penasaran gitu??? hehehe

      Jadi, sekarang dirimu sibuk apa?

      Hapus
    2. Ga dipikirin juga...
      aku cuma mau tau aja dirimu dah dipanggil atau belum,
      penasaran gitu??? hehehe

      Jadi, sekarang dirimu sibuk apa?

      Hapus
  3. sama, sibuk bersilaturahim...
    bisa chat YM...
    novrizal_tan@yahoo.com
    soal'a mau nutup blog...

    BalasHapus