Entri Populer

Sabtu, 09 Juli 2011

Teror lewat "Facebook"

Oleh: Novrizal

Hampir setiap hari aku pergi ke warnet (Warung internet) yang lumayan jauh dari rumah. Awalnya, aku coba membuat akun Fb (Facebook) sendiri. Setelah jadi, saat itulah, aku punya Fb untuk pertamakali. Pada hal, sebelumnya, aku hanya ikut-ikutan lihat Fb dan chatting-an teman-teman di warnet. Hal itu yang membuatku hampir setiap hari pergi ke warnet untuk membuat akun Fb juga. Dengan akun Fb itu, aku menjaga citra dalam pertemanan di dunia maya. Setelah berbulan-bulan, aku merasa nyaman menuangkan pikiran dengan menulis note di Fb sendiri dan men-tag teman-teman.

***

Selama dua minggu nggak buka Fb, aku pergi ke warnet untuk menyimpan tulisanku di note. “Sial! Kenapa ni?” Gerutuku, saat melihat Fb-ku yang statusnya semua berisi kata-kata kotor. Aku lihat komentar para teman yang terkesan marah dan kecewa dengan status-status itu. Aku berpikir dan mengira-ngira siapa dalangnya. Pada hal, aku nggak pernah nulis status itu. Lalu, aku hapus semua status itu. Aku malu sama orang-orang yang kukenal. Bukan hanya teman-teman biasa, tapi juga saudaraku, mantan guru, para dosen, dan teman-teman dekatku. Aku nggak terima!

***

Beberapa hari berikutnya, aku ceritakan sama teman kampus; dia bilang, Fb-ku di-hack. Dia menyarankan agar segera mengganti password-nya. Aku merasa, setelah menggantinya, akunku aman, ternyata nggak. Terus-terusan, aku mengganti password-nya. Untuk kesekian kalinya Fb-ku di-Hack. “Oh, nggak iya ni.” Pikirku. Sudah saatnya, aku tulis status yang isinya pernyataan dan klarifikasi, bahwa Fb-ku selama ini di-hack orang. Aku menyangka hack hanya sebatas itu. Jadi, setiap ke warnet aku selalu mengganti password-nya. Dan, akhirnya, aku menutup akun Fb untuk sementara waktu.

***

Seminggu kemudian, aku membuka dan melihat Fb-ku kembali. Ternyata…?
Alaah! Apalagi ni?” Aku kesal dan sangat marah. Bukannya statusku lagi yang di main-mainkan, tapi password-nya telah diganti. Aku nggak bisa masuk ke akun Fb-ku lagi. Berbagai cara kulakukan untuk mengotak-atik supaya Fb-ku bisa balik. Ternyata oh ternyata, aku nggak bisa, lalu, aku nyerah. Akhirnya, aku minta tolong sama operator warnet.

“Oh, ini kecil lah. HmmHacker-nya masih anak bawang ni.” Kata operator itu. Bah! Aku terkejut dia bilang gitu. Lalu, dia ngajari aku cara mengembalikan password Fb yang di-hack itu. Setelah tau, aku nggak khawatir lagi. Ternyata, beginilah resiko kalau sudah menjadi masyarakat dunia maya. Secara sadar aku bertanya-tanya, apalagi yang akan dilakukan hacker sialan itu.

***

Keesokan harinya, aku ke warnet. Setelah membuka Fb-ku, tiba-tiba, ada kiriman dari orang yang tak kukenal dengan kata-kata kotor dan nada mengancam lewat inbox.

Bah! Setan lah?” Kemarahanku memuncak sambil menepuk-nepuk kening dan menggeleng-gelengkan kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar