Entri Populer

Minggu, 19 Desember 2010

TARIF MURAH MERUPAKAN PELUANG INFORMASI

Oleh: Novrizal

Dalam era digital seperti ini kita dihadapkan dengan berbagai fasilitas teknologi, di antaranya adalah telekomunikasi. Hebatnya lagi ketika komunikasi menembus batas ruang dan waktu, tidak memerlukan aktifitas untuk beranjak dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, muncul berbagai perusahaan operator swasta yang mendominasi negeri ini. Di antaranya adalah Bakrie Telecom (Esia), XL Axiata (XL), Hutchison (3), Indosat (IM3, Matrix, Mentari, dan StarOne), Mobile-8 (Fren dan Hepi,) Natrindo (Axis), Sampoerna Telecom (Ceria), Smart Telecom (Smart), Telkom (Flexi), Telkomsel (Kartu AS, Kartu HALO, dan Simpati). Oleh karena negeri ini dibanjiri berbagai operator, maka Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah operator terbanyak di dunia.

Tarif Murah Merupakan Peluang Informasi
Jumlah pengguna seluler di Indonesia hingga Juni 2010 diperkirakan mencapai 180 juta pelanggan, atau mencapai sekitar 80 persen populasi penduduk. Dari 180 juta pelanggan seluler itu, sebanyak 95 persen adalah pelanggan prabayar. Menurut catatan ATSI, pelanggan Telkomsel hingga Juni 2010 mencapai 88 juta nomor, XL sekitar 35 juta, Indosat sekitar 39,1 juta, selebihnya merupakan pelanggan Axis, Three, Esia, dan lainnya. Dengan data tersebut, berarti rata-rata seluruh masyarakat di negeri ini adalah merupakan konsumen jasa operator telekomunikasi.
Dilansir dari berbagai sumber, pihak Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menyatakan, tarif murah telekomunikasi yang diberikan oleh operator kepada masyarakat saat ini bisa dibilang bukan perang tarif, akan tetapi perang marketing. Jadi, tarif seluler saat ini merupakan strategi promosi dan "gimmick" marketing, serta belum merupakan tarif tetap. Mungkin bagi pengguna jasa operator seluler, tidak hanya mengharapkan tarif murah, tapi juga mengharapkan adanya peningkatkan kualitas pelayanan, seperti kualitas jaringan sehingga saat melakukan panggilan, internetan, dan berbagai fasilitas lainnya yang menyedot tarif, agar tidak terputus. Jangan karena biaya murah, maka kualitas ditinggalkan. Untuk itu, consitency-nya juga harus dijaga.
Dengan adanya tarif murah, masyarakat berpeluang untuk mencari dan meng-update informasi melalui fasilitasnya yang telah diberikan, karena pelanggan menganggap biaya untuk mencari informasi tidak terlalu besar. Oleh karena itu, tarif murah yang diberikan kepada masyarakat khususnya pelanggan operator seluler, akan mendapatkan wawasan serta tidak ketinggalan zaman, sehingga dapat lebih berpikir kreatif dengan mengakses setiap informasi yang didapat. Sumber tarif murah ini cukup berperan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Program Baru
Membahas soal tarif murah, seluruh operator seluler telah bersaing untuk memikat konsumen agar lebih memercayai keuntungan-keuntungan dalam pemakaian produknya. Salah satu di antaranya telah diluncurkan tarif semurah tarif nelpon lokal untuk Singapura dan Hongkong, karena kedua negara itu merupakan pusat niaga dunia. Pada program ini, pelanggan bisa mendapatkan tarif roaming jauh lebih murah hingga 90 persen dari tarif reguler yang saat ini berlaku. Jika masyarakat, terutama pelanggannya yang membutuhkan layanan roaming internasional murah dan simple hitung-hitungannya, maka pelanggan dapat mengikuti program baru ini. Program ini berlaku mulai 1 Desember 2010 hingga 30 April 2011, ini akan dikenai tarif Rp 3.500 per menit untuk semua pelanggan XL, baik prabayar maupun pascabayar. Tarif tersebut berlaku untuk menelepon ke Indonesia maupun ke negara di mana pelanggan berada (nelpon lokal), juga menerima telepon. Untuk SMS pelanggan juga dikenakan Rp 3.500 per SMS. Dengan adanya layanan dan tarif yang murah, masyarakat Indonesia juga diberi kesempatan untuk mempermudah panggilan antar negara, sehingga koneksi lintas negara yang dibangun diperkirakan turut menunjang kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar